QUR'ANIC STUDIES HADITH STUDIES GENERAL KNOWLEDGE
ISLAMIC NEWS GENERAL NEWS SCHOLARSHIP NEWS
HAPPY STORY SAD STORY CERPEN
MY PROFILE MY VILLAGE YOGYAKARTA

Jumat, 13 Januari 2012

Makna Kata بصر (Bashura) dalam kajian Gharib al-Qur’an

A.     ORIGINAL MEANING
Kata Bashura yabshuru mempunyai kata benda al-Basharu. Ibnu Mandzur mendefinisikannya sebagai suatu ungkapan (ibarah) dari sifat yang digunakan untuk menyingkap sesuatu oleh kesempurnaan sifat-sifat penglihatan. Al-Laits mengungkapkan bahwa maknanya adalah mata (al-‘Ain), hanya saja disebut dalam bentuk maskulin (mudzakar). Dikatakan juga artinya indera penglihatan. Senada dengan beliau, Ibnu Sayyidah menyebutkan artinya adalah panca indera yang berupa mata.[1] Sementara Ibnu Jauzi menerangkan bahwa ia adalah lawan kata (antonim) dari buta (A’mā).[2] Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa the original meaning dari kata bashura adalah melihat dengan mata (me-mata).  
B.     DERIVASI KATA DALAM AL-QUR’AN
Dalam al-Qur’an, kata bashura beserta derivasinya disebutkan sebanyak 146 kali.[3]  Semuanya terletak dalam ayat-ayat yang berbeda-beda. Berikut beberapa derivasi kata bashura yang terdapat dalam al-Qur’an :
1.      بصر (Bashura)
Kata di atas merupakan bentuk past (fi’il madli) dan  memiiki bentuk present (fi’il mudhari’), yakni yabshuru. Keduanya disebutkan tiga kali dalam al-Qur’an, dua kali dalam redaksi past dan sekali dalam bentuk present.[4] Dalam al-Qur’an, kata ini mempunyai arti mengetahui (‘alima),[5] seperti firman Allah swt.
قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوا بِهِ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِنْ أَثَرِ الرَّسُولِ فَنَبَذْتُهَا وَكَذَلِكَ سَوَّلَتْ لِي نَفْسِي
“Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, Maka Aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu Aku melemparkannya, dan Demikianlah nafsuku membujukku" QS. Taha[20]: 96.
Adapun relasi semantisnya adalah karena implikasi dari melihat ialah bisa mengetahui suatu kejadian.
Selain itu, kata ini juga bisa bermakna melihat dengan mata sebagaimana yang disebutkan dalam the original meaning. Contoh dalam ayat al-Qur’an seperti :
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
“Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya” QS. Al-Qasas[28]: 11.
2.      البصر (al-Bashar)
Kata tersebut adalah bentuk definitif (masdar) dari kata bashura yabshuru, yang mempunyai bentuk plural al-Abshār. Di dalam al-Qur’an, bentuk singularnya disebutkan sebanyak sepuluh kali, sedangkan bentuk pluralnya diredaksikan sebanyak 38 kali.[6] Raghib al-Asfahani menyebutkan maknanya ada dua. Pertama, anggota tubuh yang digunakan untuk melihat (mata) serta kekuatannya berada pada anggota tubuh tersebut. Kedua, kekuatan hati untuk mencapai sesuatu.[7]
Contoh arti yang pertama :
وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا أَمْرُ السَّاعَةِ إِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ أَوْ هُوَ أَقْرَبُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan kepunyaan Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” QS. Al-Nahl[16]: 77.
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا
“(yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka” QS. Al-Ahzab[33]: 10.
لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan dialah yang Maha halus lagi Maha Mengetahui” QS. Al-An’am[6]: 103.
Raghib al-Asfahani menjelaskan bahwa mayoritas kaum muslimin memberikan makna anggota badan (al-Jārihah) pada kata al-Abshār dalam ayat tersebut. Namun sebagian kecil mengatakan bahwa kata itu menunjukkan pada anggota badan (mata) dan juga khayalan dalam hati dan pemahaman. Sebagaimana instruksi Amirul Mukminin ra. : التوحيد أن لا تتوهم  (Tauhid adalah tidak mengkhayalkan Allah dalam hati).[8]
Sedangkan untuk arti kedua seperti contoh :
لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, Maka kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam” QS. Qaf[50]: 22.
Jika mengaplikasikan pemaknaan dari Raghib, maka bisa dipahami bahwa yang dimaksud dengan bashar dalam ayat tersebut adalah kekuatan penglihatan hati. Jadi pada hari kiamat, kekuatan hati menjadi sangat tajam dan tidak sebagaimana yang dirasakan di dunia. Ibnu Jarir menyebutkan bahwa terdapat tiga pendapat mengenai objek ayat ini. Pertama, Orang kafir. Kedua, Nabi Muhammad saw. Ketiga, Seluruh manusia dan jin.[9] Kedua makna yang disebutkan Raghib mempunyai relasi semantis, yakni sama-sama melihat, walaupun terjadi perbedaan spesifikasi. Arti pertama lebih fokus pada mata, sementara arti kedua lebih lebih fokus pada hati.       
3.       بصيرة (Bashīrah)
Kata ini adalah pelaku (isim fāil) muannas dari kata bashura yabshuru. Kata bashīrah merupakan isim yang berbentuk singular, sedangkan bentuk pluralnya adalah بصائر (Bashāir).[10] Dalam al-Qur’an tercatat kata ini dicuatkan oleh Sang Pencipta Alam sebanyak tujuh kali, dua dalam bentuk singular dan lima dalam bentuk plural.[11] Paling tidak terdapat tiga  makna bagi kata ini dalam al-Qur’an. Pertama, pengetahuan (ma’rifah) dan nyata (tahaqquq); kedua, pelajaran (ibrah).[12]; dan ketiga, saksi. [13] Sementara dalam bentuk maskulin, yaitu bashīr disebutkan sebanyak 36 kali dalam al-Qur’an. Mayoritas dipasangkan sebagai sifat Allah, sementara sebagian kecil diredaksikan dengan bentuk istifhām yang tidak membutuhkan jawaban atau bentuk penafian.[14] Kata ini memiliki arti Maha Melihat dengan tanpa anggota tubuh (jārihah). Arti ini hanya bagi Allah. Sementara selainnya mempunyai arti melihat dengan mata.  
Contoh arti pertama (ma’rifah dan tahaqquq) seperti firman Allah :
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ         
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". QS. Yusuf[12]: 108.
Relasi semantisnya adalah sebab pengetahuan dan kenyataan adalah hasil dari sebuah penglihatan.
Contoh arti kedua (pelajaran)
وَلَقَدْ آَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الْأُولَى بَصَائِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelajaran bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat”. QS. Al-Qasas[28]: 43.
Adapun relasi makna yang terjadi adalah dengan melihat sesuatu, maka hal tersebut bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi manusia.
Contoh arti ketiga (saksi) seperti firman Allah:
بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ
“Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri” QS. Al-Qiyamah[75]: 14.
Adapun relasi semantisnya ialah karena pada dasarnya saksi adalah orang yang melihat suatu kejadian. Dalam interpretasinya pada ayat ini, Ibnu Sayyidah mengatakan bahwa ayat ini mempunyai dua makna. Pertama, manusia adalah saksi terhadap dirinya sendiri. Kedua, saksi yang dimaksud adalah tangan, kedua kaki, dan lisan, sebab semua itu akan menjadi saksi pada hari kiamat.[15]    
Contoh dalam bentuk maskulin yang disandarkan sebagai salah satu sifat Allah :
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ
“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan”. QS. Al-Baqarah[2]: 96.
Ibnu al-Asīr berkata bahwa al-Bashīr ialah salah satu nama Allah, yang Ia melihat segala sesuatu baik bentuk luarnya maupun bentuk dalamnya dengan tanpa anggota badan (jārihah).[16]  
Sementara dalam bentuk selain bagi Allah, seperti firman Allah :
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) Aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) Aku mengatakan kepadamu bahwa Aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" QS. Al-An’am[6]: 50.
4.      مبصرة (mubshirah)
Kata mubshirah merupakan bentuk pelaku (isim fāil) yang berbentuk feminin (muannas) dari wazan abshara yubshiru. Selain dalam bentuk muannas, kata ini juga dalam al-Qur’an ada yang berbentuk mudzakkar, yaitu mubshir. Semuanya disebutkan masing-masing tiga kali.[17] Tercatat paling tidak terdapat dua makna pada kata ini dalam al-Qur’an. Pertama, jelas; dan kedua, bercahaya (mudhīah).[18]    
Contoh arti pertama (jelas)
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آَيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
“Maka tatkala mukjizat-mukjizat kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka: "Ini adalah sihir yang nyata". QS. Al-Naml[27]: 13.
Pendapat ini merupakan pendapat al-Zajāj yang dikutip oleh Ibnu Mandzur. Adapun relasi semantisnya adalah karena dengan melihat, niscaya akan mendapatkan kejelasan tentang suatu perkara.
Contoh arti kedua (bercahaya)
وَمَا مَنَعَنَا أَنْ نُرْسِلَ بِالْآَيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ وَآَتَيْنَا ثَمُودَ النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا وَمَا نُرْسِلُ بِالْآَيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan kami), melainkan Karena tanda-tanda itu Telah didustakan oleh orang-orang dahulu. dan Telah kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang bercahaya, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. dan kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti” QS. Al-Isra’[17]: 59.
Pendapat ini adalah pendapat al-Farra’ yang dikutip oleh Ibnu Mandzur. Adapun relasi semantisnya adalah karena seseorang yang dapat melihat pastilah bertempat di tempat yang terang dan tidak mungkin melihat di tempat yang gelap.
5.      تبصرة (Tabshirah)
Kata ini merupakan bentuk definitif dari kata basshara yubasshiru tabsīran tabshiratan. Tercatat kata ini hanya dimunculkan sekali dalam al-Qur’an.[19] Oleh sebab itu, pemaknaannya cuma ada satu dalam al-Qur’an, disebutkan oleh Raghib al-Asfahani bahwa maknanya adalah penjelas (tibyānan).[20] Adapun ayatnya yaitu :
وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ # تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ
7.  Dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,
8. Untuk menjadi penjelas dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).QS. Qaf[50]: 7-8.
C.      KONGKLUSI
Dari seluruh pemaparan penulis di atas, dapat diambil kesimpulan :
1.       Makna بصر يبصر (Bashura yabshuru) ada dua, yakni mengetahui (‘alima) dan melihat dengan mata.
2.       Makna الأبصار البصر (al-Bashar- al-Abshār ) ada dua, yakni melihat dengan mata dan melihat dengan hati.  
3.       Makna بصائر بصيرة (Bashīrah - Bashāir) ada tiga, yakni pengetahuan (ma’rifah) dan nyata (tahaqquq), pelajaran (ibrah),  dan saksi.
4.       Makna بصير (Bashīr) ada dua, yaitu Maha Melihat dengan tanpa anggota tubuh (jārihah) dan melihat dengan mata. 
5.       Makna مبصرة (mubshirah) ada dua, yaitu jelas dan bercahaya (mudhīah).   
6.       Makna تبصرة (Tabshirah) ada satu, yakni penjelas (tibyānan).
                                            


[1] Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab (Kairo: Dar Ma’arif, t.t.), hlm. 290.   
[2] Ibnu Jauzi, Nuzhah al-A’yun al-Nadhoir (Beirut: Muasassah al-Risalah, 1984), hlm. 199.
[3] Lihat Muhammad Fu’ad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim (Kairo: Maktabah Dar Kutub al-Misriyyah, 1364 H.), hlm. 121-123.
[4]Fu’ad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim..., hlm. 122.  
[5] Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab..., hlm. 291.
[6] Fu’ad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim..., hlm. 122-123.
[7] Raghib al-Asfahani, al-Murfadat fi Gharib al-Qur’an (Beirut: Dar Ma’rifah, t.t.),  hlm. 49.
[8] Raghib al-Asfahani, al-Murfadat fi Gharib al-Qur’an..., hlm. 49.
[9] Ibnu Jarir, Tafsir al-Thabari juz XXII, CD ROM Maktabah Syamilah, hlm. 351.  
[10] Raghib al-Asfahani, al-Murfadat fi Gharib al-Qur’an..., hlm. 49.
[11] Fu’ad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim..., hlm. 122.
[12] Raghib al-Asfahani, al-Murfadat fi Gharib al-Qur’an..., hlm. 49.
[13] Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab..., hlm. 291.
[14] Fu’ad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim..., hlm. 121-122.
[15] Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab..., hlm. 291.
[16] Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab..., hlm. 290.
[17] Fu’ad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim..., hlm. 122.
[18] Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab..., hlm. 291.
[19] Fu’ad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim..., hlm. 122.
[20] Raghib al-Asfahani, al-Murfadat fi Gharib al-Qur’an..., hlm. 50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Butuh buku "Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan" karya Aksin Wijaya? Hubungi 085729455365
Original From : http://m-wali.blogspot.com/2011/12/cara-pasang-iklan-di-samping-kiri-blog.html#ixzz1eavJZnQj